Maafkan, untuk setiap ucap
Lidahku telah berubah, berubah dalam sekejap yang bahkan lebih cepat dibanding petir
Menggetarkan memang, menakutkan kadang, namun setelahnya?
Ini bukan lagi aku, aku yang dulu memberikan warna-warni itu
Semua telah sirna, dimakan zaman yang mari kita sebut saja kejam
Oh bukan, bukan sayang. Tapi kutukan, biarlah disebut begitu agar kita nantinya melegenda
Tak ada lagi jingga sore, apalagi pelangi yang selalu saja kau tunggu
Bahkan seingatku, kau sering memintanya dua bukan?
Pergilah, menjauhlah, dunia lain menunggumu
Kubur saja segala yang kau sebut itu rindu
Kini telah usang, tertutup awan kelam yang setia menggelantung seiring permintaanku
Dunia ini akan selalu malam, kelam, dan akan memenjarakanku dalam diam
Sudahilah
Kenanglah
Hanya itu untukmu
Bersyukur kau masih punya itu
Tutuplah semua nadi kehidupan kau dan aku, dulu
Kemasilah dan jangan sisakan satu carik pilu padaku
Bukan menghantuiku
Tapi justru balik membunuhmu
Kelabu ini bukanlah duka
Adalah pelepas tanya
Penjawab jiwa
“Kelabu ini bukanlah duka”
Tidak selalu memang…. 🙂
Salam,
Mochammad
http://mochammad4s.wordpress.com/
http://notulabahasa.com/
http://piguranyapakuban.deviantart.com/
LikeLike
Dan teman saya juga pernah bilang : “merah muda itu tak selalu cinta.”
Salam. Thanks anyway..
LikeLike